Sooner or later I gotta stop. I gotta let go. But sometimes to let go something is harder than to keep.
Hidup ini memberikan pengalaman yang mungkin aku tidak pernah akan lupakan, atau mungkin aku akan melupakan beberapa hal akan tetapi untuk yang satu ini mungkin akan sulit bagiku. Hal yang paling menyedihkan dalam hidup ini adalah kehilangan seorang teman terbaik, dikala kamu mengetahui ia adalah teman terbaikmu dan dikala itu jugalah kamu harus kehilangannya. Mungkin yang kedua paling menyedihkan adalah disaat kamu mendapatkan teman terbaikmu menjadi seorang yang baru kamu kenal. Hidup ini mengajari aku tentang bagaimana menghadapi setiap persoalan, mengadapi setiap emosi yang hadir, dan mengkrontol setiap perbuatan ataupun perkataan.
Dulu aku berpikir kalau setiap persoalan pasti bisa teratasi dan akan ada jalan keluar, akan tetapi sekarang aku mengerti kalau setiap persoalan tidak dapat diselesaikan tanpa bekas. Pasti akan selalu meninggalkan jejak yang membuat kita terus mengingatnya. Hal ini mengingatkanku pada sebuah cerita tentang seorang ayah yang mengajarkan anaknya bagaimana sang anak harus mengrontol emosinya. Si ayah berkata kepada si anak untuk memaku setiap seng atau besi jika setiap kali si anak marah. Si anak pun melakukan hal tersebut, dan si anak semakin lama semakin lelah untuk marah karena memaku seng atau besi amatlah keras. Seiringan dengan waktu berjalan, si anak sudah semakin jarang untuk marah, kemudian ia datang kepada sang ayah dan berkata kalau sekarang ia sudah bisa mengkrontol emosinya. Lalu si ayah berkata kembali kepada si anak untuk mencabut setiap paku yang telah anaknya tancapkan pada setiap seng atau besi tersebut setiap kali ia berhasil menahan emosinya untuk marah. Si anak pun kemudian mematuhi perintah sang ayah kembali dengan mengambil setiap paku setelah ia berhasil menahan emosinya untuk marah. Lama setelah itu berlalu semua paku yang telah si anak tancapkan telah terambil semua, dan ia datang kepada sang ayah dengan memberikan paku-paku tersebut. Si ayah tersenyum sambil mengelus kepala anaknya, lalu berkata “nak antarkan ayah ke salah satu tempat seng atau besi dimana kamu memaku paku ini”. Si anak pun mengantar ayahnya kesana, disana sang anak dan ayah mendapatkan sebuah seng yang bolong bekas paku si anak. Sang ayah berkata kepada anaknya “setiap amarah yang kamu keluarkan pasti akan menyedihkan seseorang sama seperti seng ini yang tertusuk oleh paku dan sebagaimanapun kamu mengobatinya dengan mengambil kembali paku ini pasti akan ada bekasnya”. Sang anak terdiam dan mengerti maksud sang ayah.
Teman, aku yakin kalau bekas luka ini tidak hanya ada dalam sejarah kehidupanku akan tetapi pasti ada dalam sejarah kehidupanmu juga. Akan tetapi mungkin bekas yang tertinggal berbeda pada diri kita masing-masing. Aku menyayangimu teman, aku merindukan untuk membagi semua suka dan dukaku, dan aku masih amat menunggumu untuk membebat luka ini.
Aku lelah, banyak yang berkata padaku untuk melupakan segala sesuatu tentang ini. Aku lelah, semakin banyak persoalan hidupku yang aku tidak bisa bagi kepada siapapun lagi. Aku lelah, menyimpan ini semua. Aku lelah ...
Mungkin suatu saat nanti aku harus berhenti untuk menunggu kehadiranmu dan harus membiarkan semuanya berlalu. Akan tetapi terkadang itu semua adalah hal yang paling sulit.