Jalan itu terasa amat sunyi, dengan bunyi jangkrik yang saling bersahutan. Nyanyian mereka terdengar hingga radius jarak 3 km. Kunang-kunang ikut menari di langit mengalahkan cahaya lampu akan tetapi tak akan bisa mengalahkan cahaya bintang. Suara hembusan angin mendayu-dayu seiringan dengan derap langkah kaki hatiku. Terus berjalan menyusuri jalan sepi itu. Tak mengerti akan tujuannya, tak mengetahui akan halte pemberhentian selanjutnya, dan tak takut akan hal yang terjadi. Matahari pun menyingsing menggusur bulan dari tempat perpaduannya. Memberikan cahaya hangat menyusupi setiap lekukan tubuh kita. Menyilaukan pandangan sehingga terkadang kita lupa kalau gelap pernah ada.
Orang berkata kita lelap ketika larut malam dan terjaga ketika hari memiliki matahari. Akan tetapi aku berkata seseorang terjaga dikala malam telah larut dan mengambang ketika matahari menyinari hari.
kemanakah aku akan singgah? aku berkata dalam hatiku.
Sesaat kemudian aku tersadar kalau hingga saat ini pun aku tidak pernah khawatir tentang persinggahan selanjutnya. Namun mengapa kini aku harus khawatir? Bukankah selama ini aku tidak pernah khawatir akan jalan yang telah lama kususuri ini.
Kutatap gerbang dikala itu, tampak kokoh berdiri diselimuti oleh cat berwarna hitam. Terbuat dari bahan besi, berat, dan bertenaga. Aku mengaguminya yang selalu dipakai hampir setiap rumah sebagai alat pengaman paling luar. Sesaat kemudian aku terhenyak oleh lamunanku. Aku melihat gerbang itu telah penyok tertabrak oleh mobil mungil. Hanya karena pengendaranya lengah akan seekor anak kucing yang sedang menyebrang.
Sekarang aku memandangi sebuah gerbang cacat. Terbuat dari besi, berat, dan berusaha kokoh. Dibalut dengan cat hitam yang tak berubah, ia berusaha tetap berdiri. Berusaha tetap melindungi sang majikan keluarga pemilik rumah untuk tetap aman. Akan tetapi aku menyadari, cepat atau lambat ketika sang majikan memiliki uang lebih pasti mereka akan segera menggantimu. Menggantimu dengan yang lebih kokoh. Dan kau akan dijual ke tukang loak.
Tetaplah kuat apapun itu dirimu. Terbuat dari apapun dirimu. Dan seberat apapun tabrakan yang terjadi dalam hidupmu. Jangan pernah ingin tergantikan, meskipun tak ada yang kekal abadi selamanya. Akan tetapi kita mengenal apa yang disebut dengan kenangan. Meskipun suatu saat nanti kita hanya dapat dikenang, jadilah kenangan yang paling indah yang tak akan pernah bisa terlupakan. Karena hidup memang tidak adil, maka berlakulah adil agar hidup tetap seimbang.
No comments:
Post a Comment