Ketika gadis itu muda, ia tidak mengerti apa yang diinginkan sebenarnya. Ia hanya menerima segala sesuatunya dengan senyuman dan tangisan ketika sesuatunya tidak berjalan dengan harapannya.
Ketika gadis itu beranjak dewasa, ia mulai mengerti apa yang diinginkan. Ia mulai mencari cara untuk meraih impiannya. Akan tetapi ia masih tidak dapat meraihnya karena terkadang impiannya jauh melambung tinggi, sehingga sulit diraih dengan tangannya yang belum terlalu kuat.
Ketika gadis dewasa, ia mulai dapat mengetahui bagaimana cara meraih impiannya. Dengan tanggannya yang telah kuat, ia berusaha menebus impiannya. Akan tetapi sangat disayangkan waktu yang ia miliki sudah tidak mengijinkannya untuk menggapainya. Ia sudah tidak berhak menggapainya karena generasi muda telah menggeser kedudukannya.
Ketika gadis memasuki masa tuanya, ia terkadang melihat kebelakang. Ia melihat mimpi-mimpinya yang tidak sempat ia tebus. Ia melihat bagaimana sekerasnya ia telah berusaha. Dan ia juga melihat dirinya yang sedang menangisi setiap mimpi dan usahanya yang gagal.
Ketika gadis tua, tanpa terasa ia telah menjadi seorang wanita yang bijak. Ia menyadari tidak semua mimpi dapat ia raih. Tidak semua usaha harus berhasil, akan tetapi mungkin juga bukan seharusnya bagiannya. Tidak segala sesuatunya harus sesuai rencana dan harapan. Kemudian ia tersenyum dan mengucap syukur.
Gadis itu akan selalu menjadi seorang gadis. Karena hanya seorang gadis-lah yang mau terus belajar. Hanya seorang gadis-lah yang mau terus mengakui kekurangannya dan kesalahnnya. Dan hanya seorang gadis-lah yang mau terus tersenyum.